Kami Bangga Menjadi Indonesia
Tenun Ikat Indonesia, Keindahan Yang MembanggakanVemale.com -
Adalah tenun, sebuah warisan budaya yang merupakan kebanggaan Indonesia, oleh sebab itu tenun harus dilestarikan keberadaannya, baik dari segi teknik produksi, desain dan produk yang dihasilkan; dan harus dimasyarakatkan kembali penggunaannya.
Kira –kira itulah sekelumit kesimpulan dari presentasi Oke Hatta Rajasa di acara konferensi pers dalam rangka pengajuan Tenun Ikat Sumba sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang telah di terima UNESCO dan masih kini masih menunggu proses pengesahannya. Acara berlangsung di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (16/4).
Cita Tenun Indonesia (CTI) adalah kumpulan pecinta tenun yang memiliki tujuan melestarikan tenun nusantara sebagai warisan budaya. CTI melakukan beberapa program kerja yang mencakup pelestarian, pelatihan dan pengembangan pengrajin untuk meningkatkan produksi tenun. Untuk itu CTI berupaya agar tenun ikat Sumba Indonesia disahkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO 2013.
Tenun Tradisional Indonesia adalah produk seni budaya tak benda yang diproduksi di berbagai wilayah di seluruh nusantara, memiliki ciri yang khas dalam ragam hias, makna, teknik pembuatan, memiliki nilai budaya yang tinggi dan merupakan identitas masyarakat setempat.
Tenun sendiri terbagi menjadi tiga jenis yang tersebar di berbagai kepulauan Indonesia, yaitu tenun ikat, songket dan datar. Tenun ikat banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, sementara Tenun Datar kita mengenal lurik dari Jawa tengah dan Yogyakarta, sementara Songket hadir di Palembang ataupun Padang. Untuk alatnya sendiri, alat tenun tradisional Indonesia adalah Gedogan yang dikerjakan manual oleh sang pengrajin, juga ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang mengolah bahan baku kain tenun tradisional Indonesia yaitu benang katun yang terbuat dari kapas, benang rayon hingga sutra. Ragam hias pada kain tenun terbagi menjadi 5 jenis bentuk ragam hias yaitu: Ragam hias yang berbentuk geometris, Manusia, Binatang, simbol hingga yang berbentuk gejala alam.
Muatan nilai dari sehelai kain tenun adalah nilai sosial, yang mana tenun merupakan pelengkap upacara adat yang menentukan status sosial seseorang. Nilai ekonomi, yang mana para pengrajin dapat membantu kebutuhan finansial dari mengerjakan tenun. Dari segi estetika, kreativitas dapat terlihat dari corak dan ragam hias yang indah, sementara untuk nilai budaya, tentu saja tenun digunakan sebagai simbol pada setiap upacara dan kegiatan masyarakat setempat. Dalam nilai pendidikan, teknik menenun merupakan pendidikan turun temurun kepada anak dan cucu para penenun.
Mayoritas pengrajin tenun tradisional Indonesia yang merupakan kaum perempuan juga merupakan point plus bagi pemberdayaan perempuan Indonesia, yang bisa mendukung finansial keluarga mereka.
Kekhawatiran akan eksistensi tenun Sumba muncul karena keberadaannya yang mulai pudar di kalangannya sendiri. Generasi muda banyak pindah keluar daerah mencari penghidupan baru. Ancaman plagiasi dan imitasi terhadap ragam juga mengancam eksistensi tenun Sumba. Sebagai usaha pelestarian dan pengembangan tenun, serta untuk mendapatkan pengakuan dunia akan keindahan tenun, Cita Tenun Indonesia bersama Kementrian Pendidikan dan kebudayaan mencoba menyosialisasikan tenun Sumba kepada masyarakat lokal hingga dunia, yaitu dengan mengajukan kepada UNESCO untuk mencanangkan tenun ikat Sumba sebagai “Warisan Budaya Tak Benda”.
(vem/ana/miw)
0 comments:
Post a Comment